ATLETIK
Rangkuman
“Atletik (Didaktik &
Metodik)”
Bab
II dan Bab III
Oleh :
Nama : MUHAMMAD A.M
Jurusan : PENJASKES
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin
Puji syukur panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, shalawat
beserta salam tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw.
Dengan selesainya
tugas ini penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, dan memberikan motifasi atau dorongan samapi dengan terselesaikannya tugas
ini
Penulis sadar tugas yang telah
diselesaikan ini jauh dari kesempurnaan. Maka penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun.
Semoga apa yang telah penulis kerjakan ini
bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Magetan, 03 Juni 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
Kata
Pengantar...................................................................................................... i
Daftar
Isi................................................................................................................ ii
Bab II
Karakteristik Dan Struktur Gerak Olahraga Atletik......................... 1
A. Nomor Jalan dan
Lari................................................................................ 1
B. Nomor
Lompat............................................................................................ 1
C. Nomor Lempar............................................................................................ 4
Bab III Strategi Pembelajaran
Atletik.............................................................. 6
A. Prinsip Pengembangan
Kesegaran Jasmani.......................................... 6
B. Prinsip Pengembangan
ketempilan........................................................ 7
C. Prinsip Pengembangan
Konsep Gerak................................................... 8
D. Prinsip Pengembangan
Modifikasi......................................................... 9
E. Prinsip Pengembangan
Pengalaman Belajar...................................... 12
BAB II
KARAKTERISTIK DAN STRUKTUR GERAK
OLAHRAGA ATLETIK
A. Nomor
Jalan dan Lari
Tujuan utama dari
njalan dan lari adalah menempuh suatu jarak tertentu (lari tanpa rintangan atau
dengan rintangan denga waktu yang secepat mungkin. Kecepatan lari ditentukan
oleh panjang langkah dan frekuensi langkah dapat dirumuskan sebagai berikut :
Kecepatan lari = panjang langkah x
frekuensi langkah
1. Panjang Langkah (Strie
Length)
Setiap panjang langkah
pelari merupakah hasil penjumalahan tiga jarak, yaitu :
- Jarak tolakan kaki,
yaitu jarak horizontal antara kaki yang menolak dengan titik berat badan pelari
- Jarak melayang di
udara, yaitu jarak horizontal yang dicapai oleh pelari dengan pemindahan titik
berat badan selama berada di udara
- Jarak pendaratan, yaitu
jarak horizontal yang dicapai oleh pelari antara titik badan dengan kaki yang
mendarat.
2. Frequensi Langkah
(Stride Frequensy)
Frekuensi langkah
merupakan perbandingan antara banyaknya kaki kontak dengan tanah dengan kaki
melayang di udara. Sehubungan dengan langkah ini kita akan mengenal istilah
setengah langkah yaitu jarak sentuhan kaki kiri dan kaki kanan. Sedangkan yang
dimaksud satu langkah adalah jarak antara sentuhan kaki kiri dan kaki kiri, tau
kaki kanan dan kaki kanan.
B. Nomor
Lompat
Tujuan nomor lompat
adalah memindahkan jarak horizontal titik berat badan pelompat sejauh mungkin
(lompat jauh, jangkit) dan memindahkan jarak vertikal titik berat badan
setinggi mungkin (lompat tinggi dan galah)
1. Teknik Lompat Jauh
Untuk tujuan analisis
gerakan pada lompat jauh harus dipertimbangkan secara konsisten empat fase,
yaitu awalan (run up), tolakan kaki (toke off), melayang di udara (flight), dan
pendaratan (landing).
a. Awalan (run up)
Tujuan awalan dalam
lompat jauh adalah untuk mendapatkan posisi optimal atlet untuk melakukan
tolakan kaki (take off) dengan kecepatan lari dan menolak secara terkontrol
b. Tolakan kaki (take
off)
Tujuan tolakan kaki
(take off) adalah untuk memperoleh kecepatan vertikal (mengangkat titik berat
badan) denganc ara memanfaatkan kecepatan horizontal sedemikian rupa dengan
kaki tolak mengerahkan gaya yang sangat besar.
c. Melayang di udara
(flight)
Fase berikutnya
setelah melakukan tolakan kaki, yaitu badan berada di udara. Gerakan apapun
yang dilakukan oleh dipelompat setelah berada di udara tidak akan meningkatkan
titik berat badannya. Oleh karena itu, usaha yang harus dilakukan adalah
mempertahankan selama mungkin di udara dengan melakukan gerakan-gerakan tungkai
atau lengan agar memperoleh sikap pendaratan yang paling efektif.
2. Teknik Lompat Jangkit
(Triple Jump)
Di dalam lompat
jungkit sebenarnya terjadi tiga kali tolakan, tiga kali melayang di udara, dan
tiga kali pendaratan. Jarak lompatan di ukur dari kumulatif ketiga gerakan
lompat jangkit tersebut (hot-step-jump)
3. Lompat Tinggi (High
Jump)
Tujuan lompat tinggi
adalah melompat setinggi-tingginya dengan cara melewati palang sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
4. Lompat Tinggin Galah
(Pole Vault)
Untuk menganalisis
ketinggian yang dicapai si pelompat galah ditentukan oleh empat bagian secara
terpadu yaitu :
- Ketinggian titik berat
badan pelompat galah pada saat menolak (take off) disebut H1
- Ketinggian titikberat
badan setelah ketinggian agalah disebut H2
- Ketinggian titik berat
badan setelah tangan lepas dari galah disebut H3
- Perbedaan ketinggian
melewati palang dengan ketinggian maksimal titik berat badan.
Fase lompat galah terdiri dari :
- Pegangan galah (the
grip)
Galah dibuat dari
bahan fiber glass yang mempunyai gaya lenting dan elastisitas yang tinggi.
- Awalan (the approach)
Awalan dilakukan untuk
memperoleh (1) hasil kecepatan horizontal optimal (2) persiapan agar tolakan
kaki pada papan tidak efektif
- Perencanaan penancapan
galah di lubang (blok)
Perencanaan penancapan
di blok merupakan hal penting yang harus diperhatikan, yaitu rencanakan antara
3-5 langah di tolakan kaki pelompat.
- Tolakan kaki (take
off)
Kaki tolak tolakan
setelah galah menancap atau masuk ke bok. Pada saat setelah kaki menolak tangan
kanan menarik galah ke bawah, dan tangan kiri menahan ke atas sehinga galah
menjadi membuat lentingan (energi regangan galah) untuk membawa badan ke atas dengan
emanfaatkan energi regangan tersebut.
- Posisi L
Setelah melakukan
tolakan, kemudian menggantung pada galah maka saat enrgi regangan hampir habis maka
segera membuat posisi L di udara, kemudian meluruskan (meluruskan posisi L)
sendi panggul dan tulang belakang dengan mendorong ujung kaki pelompat ke atas
sampai kedua tangan lurus.
- Membuat putaran badan
dan reverse
Setelah melakukan posisi
L, maka segera melakukan putaran badan dan pembalikan badan sehingga badan si
pelompat mengahdap ke arah galah.
- Putaran dan pembalikan
badan (the turn and reverse)
Setelah putaran dan
pembalikan badan maka tangan paling akhir menyentuh galah, dan tolak galah ke
arah awalan
- Mendorong galah (the
ppush-off from the pole)
Setelah melakukan
pembalikan badan selanjutnya segera melakukan gerakan mendorong galah
C. Nomor
Lempar
Tujuan utama dalam
nomor lempar adalah melempar atau menolak dengan jarak yang sejauh-jauhnya.
Untuk menunjang pencapaian lemparan dan tolakan sejauh-jauhnya. Untuk menunjang
pencapaian lemparan dan tolakan sejauh-jauhnya harus diperhatikan dan
diaplikasikan hukum – hukum fisika (diomekanika dan mekai) serta peraturan yang
berlaku secara internasional dalam nomor lempar atau ditolak ini.
1. Tolak peluru
Fase gerak dalam tolak peluru secara
berurutan terdiri atas :
1) Cara memagang peluru
2) Posisi awal
3) Meluncur
4) Memindahkan badan
5) Menolak / melepas
peluru
6) Recovery
Sementara itu, gaya tolak peluru yang
biasa dilakukan, yaitu :
1) gaya menyamping
2) gaya membelakangi
3) gaya putaran
2. Lempar Cakram
Urutan teknik lempar cakram
1) Memegang cakram
2) Posisi awal
3) ]ayunan awal
4) Putaran badan
5) Posisi lemparan
6) Pelemparan cakram
7) Sikap akhir
Urtan teknik dalam lempar martil adalah :
1) Cara memgang
2) Posisi awal
3) Awal ayunan lengan
4) Transisi dari ayunan
lengan kedua ke putaran pertama
5) Putaran badan
6) Perubahan teknik dalam
putaran badan
7) Pelapasan martil dan,
8) recovery
BAB III
STRATEGI PEMBELAJARAN ATLETIK
A. Prinsip
Pengembangan Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani
terdiri dari komponen otot, daya tahan otot, daya tahan kardivaskur dan
fleksibilitas. Prinsip latihan untuk mengembangkan kesegaran jasmani bersifat
khusus sesuai dengan komponen yang dikembangkannya.
1. Kekuatan dan daya
tahan otot
Kekuatan secara
sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan sekelompok otot unruk kontraksi
secara maksimal dalam waktu relatif singkat. Sementara itu, daya tahan
diartikan sebagai kemampuan sekelompok otot untuk melakukan pekerjaan yang
relatif lama. Kekuatan otot dapat dikembangkan melalui latihan isotonik dan isometik,
sementara daya tahan otot dapat dikembangkan melalui latihan isotonik.
Latihan isotonik
adalah kontraksi dengan cara melakukan gerakan pada persendian. Latihan
isometrik adalah kontraksi tanpa menggerakan sendi sikut.
2. Fleksibilitas
Fleksibilitas secara
sederhana dapat diartikan sebagai rentang gerak persendian. Beberapa prinsip
yang harus diperhatikan dalam menerapkan latihan fleksibilitas adalah sebagai
berikut :
- Pemanasan harus
diberikan terhadap otot-otot yang terkait dengan gerak persendian yang akan
dilatihnya
- Macam-macam latihan
harus diberikan untuk mengembangkan otot-otot yang terkait dengan gerak
persendian yang akan dilatihnya
- Gerak meregang harus
dilakukan secara bertahap dan perlahan sampai terasa agak sakit. Pertahankan
posisi ini antara 20-30 detik.
3. Daya tahan
kardiovaskur
Daya tahan
koriovaskuler atau sering disebut daya tahan umum sering dianggap sebagai
faktor kunci kesegaran jasmani. Daya tahan umum pada dasarnya adalah kemampuan
tubuh dalam menyediakan oksigen untuk melakukan suatu pekerjaan.
B. Prinsip
Pengembangan ketempilan
Tujuan utama
pembelajaran keterampilan gerak adalah perkembangan gerak yang terampil. Rink
(1993) mengemukakan tiga indikator gerak terampil sebagai berikut :
- Efektif, artinya
gerakan itu sesuai dengan prduk yang diinginkannya.
- Efesien, artinya
gerakan itu sesui dengan proses yang seharusnya dilakukan atau dengan kata lain
“process oriented”.
- Adaptif, artinya
gerakan itu sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan di mana gerak tersebut
dilakukan.
Beberapa prinsip harus
diperhatikan dalam pengembangan keterampilan tertutup adalah sebagai berikut :
1. Prasarat untuk belajar
- kepemilikan prasarat
- modifikasi skill atau
peralatan untuk pencapaian keberhasilan
2. Pertanyaan parsial dan
hulistik
- Kalau mungkin, ajarkan
secara keseluruhan (hulistik)
- Kalau tidak, ajarkan
perbaikan setelah siswa mengetahui atau berlatih secara keseluruhan.
3. Modifikasi peralatan
- Lakukan modifikasi
peralatan, apabila peralatan diduga sebagai penghambat keberhasilan.
4. Perubahan kondisi
latihan
- Ubahlah kondisi
latihan untuk meraih keberhasilan dan tingkatkan kondisi latihan secara
bertahap
- Manakala pembelajaran
berorientasi pada proses, berikanlah pengetahuan hasil tentang proses.
5. Menetapkan kemajuan
belajar
- Ubahlah target
penampilan agar lebih realistik dan mencerminkan keberhasilan belajar.
6. Akurasi dan
produktivitas
- Penakanan terhadap
akurasi dilakukan setelah siswa dapt melakukan skill secara produktif
C. Prinsip
Pengembangan Konsep Gerak
Konsep pada dasarnya
meupakan gagasan kognitif. Seringkali penjas memilih materi tertentu untuk
diberikan kepada siswa dengan karapan selain siswa menguasai materi tersebut
juga dapat mentransfer informsi dar materi tersebut pada materi lain yang
mempunyai banyak kesamaan dalam konsepnya.
Konsep gerak maksudnya
adalah konsep gagasan dasar yang mempunyai nilai transfer.
Beberapa prinsi
pembelajaran yang perlu diperhatikan para guru agar terjadinya transfer belajar
sampai berikut :
1. Makin mirip situasi
latihan dengan situasi permainan yang sebenarnya, makin mungkin terjadinya
transfer.
2. Makin bervariasi suatu
keterampilan dipelajari makin mungkin terjadinya transfer secara positif
terhadap situasi permainan yang sebenarnya
3. Transfer dapat
dilakukan melalui pemberian dorongan atau motivasi agar siswa menggunakan
informasi dan keterampilan yang sudah dimilikinya serta penjelasan aktivitas
belajar dengan sejelas-jelasnya.
D. Prinsip
Pengembangan Modifikasi
Modifikasi merupakan
salah satu usaha para guru agar pembelajaran mencermincakn DAP, termasuk di
dalamnya “body scaling” atau penyesuaian dengan ukuran tubuh siswa yang sedang
belajar.
Cara guru-guru
memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari aktivitas pembelajaran yang
diberikan guru dari mulai awal hingga akhir pelajaran. Beberapa aspek analisa
modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang :
- Tujuan
- Krakterisitik materi
- Kondisi lingkungan
- Evaluasinya
Beberapa analisa
modifikasi pembelajaran atletik yang harus dipertimbangkan para guru atletik
tu, dipaparkan pada uraian berikut ini.
1. Modifikasi tujuan
pembelajaran
Modifikasi
pembelajaran dapat dikaitkan dengan tujuan pembelajaran dari mulai tujuan yang
paling rendah sampai dengan tujuan yang paling tinggi
- Tujuan Perluasan
Tujuan perluasan
maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menakankan pada perolehan
pengetahuan dan kemampuan melakukan bentuk atau wujud keterampilan yang
dipelajarinya tanpa memperhatikan aspek efisiensi dan efektifitas.
- Tujuan penghalusan
Tujuan penghalusan
maksdunya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan
pengetahuan dan kemampuan melakukan gerak secara efisien.
- Tujuan penerapan
Tujuan penerapan
maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan
dan kemampuan tentang efektif tidaknya gerakan yang dilakukan memlalui
pengenalan kriteria tertentu sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
2. Modifikasi Materi
Pembelajaran
Dilihat dari payung
keolahragaan, materi pembelajaran atletik secara garis besar dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga nomor, yaitu nomor jalad an lari, nomor lompat,
dan nomor lempar. Dilihat dari kemampuan fisik yang diperlukan dan
dipelajarinya, materi pembelajaran atletik dapat diklasifikasikan ke dalam
kodnisi fisik (physical fitness), skill atau keterampilan, dan konsep gerak.
- Kompleksititas
keterampilan (Skill)
Guru dapat
memodifikasi keterampilan yang dipelajari siswa tersebut denganc ara mengurangi
atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitannya.
- Kondisi Penampilan
(Skill)
Guru dapat
memodifikasi kondisi penampilan siswa dengan cara mengurangi atau menambah
tingkat kompleksitas dan kesulitannya.
- Jumlah Skill
Guru dapat
memodiifikasi materi pembelajran denganc ara mengurangi dan menambah jumlah
keterampilan yang dilakukan siswa
- Perluasan jumlah
perbedaan respon
Guru dapat menambah
tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar denganc ara menambah jumlah dan
perbedaan respon terhadap konsep yang sama.
3. Modifikasi Kondisi
lingkungan pembelajaran
Modifikasi
pembelajaran dapat dikaitkan dengan kondisi lingkungan pembelajarannya.
Modifikasi lingkungan pembelajaran ini dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
klasifikasi seperti yang diuraikan di bawah ini :
- Peralatan
Guru dapat mengurangi
atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara
memodifikasi peralatan yang digunakan untuk melakukan skill itu.
- Penataan ruang gerak
dalam berlatih
Guru dapat mengurangi
atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara menata
ruang gerak siswa dalam berlatih.
- Orgaisasi atau formasi
berlatih
Formasi belajar juga
dapat dimodifikasi agar lebih berorientasi pada curahan waktu aktif belajar.
4. Modifikasi Evaluasi
Pembelajaran
Evaluasi materi
maksudnya adalah penyusunan aktivitas belajar yang terfokus pada evaluasi skill
yang sudah dipelajari siswa pada berbagai situasi.
- Self testing (individu
atau berpasangan)
Pada bentuk ini siswa
didorong untuk mengetes secara individu atau berpasangan tentang penguasaan
materi yang sudah dipelajarinya.
- Perlombaan atau
permainan
Pada bentuk ini siswa
didorong untuk mengetes penguasaan materi yang sudah dipelajarinya dalam
berbagai variasi pertandingan.
E. Prinsip
Pengembangan Pengalaman Belajar
1. Pengalaman belajar
harus memiliki potensi untuk meningkatkan keterampilan dan penampilan gerak
siswa
Pernyataan ini harus
diperhatikan, terutama manakala pembelajaran terfokus pada pengembangan aspek
kognitif atau efektif.
2. Pengalaman belajar
harus menyediakan waktu aktif berlatih / belajar secara maksimal pada semua
siswa dan pada tingkat kemampuan masing-masing
Waktu aktif belajar
adalah waktu dimana siswa secara aktif bergerak melakukan aktivitas untuk
mencapau tujuan pembelajarannya
3. Pengalaman belajar
harus sesua dengan tingkat pengalaman siswa
Siswa akan mendapat
keuntungan dari pengalaman belajarnya me\anakala pengalaman belajar tersebut
sesuai dengan tingkatnya. Oleh kaerna itu, guru hgahrus merencanakan dan
menyediakan aktivitas belajar secara merentang mulai dari tingkat kesulitan
yang rendah sampai yang tinggi.
4. Pengalaman belajar
sangat potensial untuk mengintegrasikan
Perkembangan aspek
psikomotor, kognitif, dan afektif. Kriteria keempat ini mempunyai
implikasi bahwa guru harus mengembangkan kemampuan siswa secara total atau
menyeluruh.
http://belajarblog53.blogspot.co.id/2015/01/contoh-makalah-penjaskes-atletik.html
Komentar
Posting Komentar